Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rental Playstation dijadikan mabes, alih-alih main gratis

Rental Playstation Mabes Abadi

Bel berbunyi tanda jam pelajaran sudah selesai.

Helmi, siswa terkenal di sekolahan bukan karena dia seorang siswa yang unggul dalam bidang mata pelajaran melainkan anak dari pengusaha rental playstation. Helmot panggilannya. Helmot adalah orang yang periang, dia disukai baik dari kaum hawa maupun adam. Tapi selama SMA, tidak pernah terlihat Helmot menjalin hubungan asmara dengan gadis-gadis cantik di Sekolahan. Ya, mungkin karena Helmot sedang fokus meraih laba dari rental playstationnya di rumah. Wadidaw...

Temen-temen geng Helmot, setiap pulang sekolah selalu berkumpul di rumahnya. Setiap hari tidak pernah absen entah itu dua jam, tiga jam, empat jam bahkan seharian kalau dihari libur. Rumah Helmot sudah seperti mabes. Eemm... Lebih tepatnya teman-teman Helmot, sekalian nebeng main Playstation di rumahnya. Maklum zaman di era Playstation 1, 1 dari 10 orang bahkan tidak sanggup membelinya. Jadi dengan adanya kawan seperjuangan ini, maka dijadikanlah rumah Helmot sebagai mabes geng Arcade nama panggilan geng Helmot.

Main Playstation


Memang geng Arcade ini sangat suka bermain Playstation, mulai dari Grand Turismo, Winning Eleven, sampai FIFA. Sering sekali mereka ini membuat tournament antar gengnya, sehingga sering kali ibunda dari Helmot ini ditegur oleh tetangga dikarenakan mulut-mulut yang waktu itu dalam aqil baligh nya. Tapi dengan pede nya, mereka tetap memainkan ekspresi dalam perjuangan torunament tersebut.

Pada waktu itu harga sewa PS perjamnya mulai 2000/jam sampai dengan 5000/dua jam dan bahkan untuk menarik minat anak-anak komplek, Helmot sering memberikan diskon yang membuat orang tua anak menjadi geram. Meski sering dikomplain oleh tetangga-tetangga komplek, usaha rental playstation ini terus berlanjut. Karena menurut Helmot hasilnya bisa memenuhi kebutuhan sekolahnya.

Tak ayal sering sekali orang tua dari anak-anak yang bermain PS itu kerap kali datang ke lokasi rental PS Helmot. Yang sering terjadi, anak-anak ini sudah siap-siap melarikan diri ketika ibundanya sudah terlihat dari kejauhan. Bahkan ada orang tua yang tidak segan-segan melempar sandal jepitnya kearah sang anak agar lekas pulang.

Tapi yang beda dari rental PS milik Helmot ini, setiap adzan solat selalu tutup dan menyuruh anak-anak yang bermain untuk pulang dan kembali lagi minimal satu jam setelahnya. Disini masih tetap diajarkan sopan santun agar tidak terlalu kebablasan.

Ekspresi Main PS


"Zul, kok stiknya macet nih... Nah kan gw jadi kalah... Gak adil nih, ganti stiknya Oom Helmot"

"Alasan, lo gak bisa main aja."

Banyak ekspresi anak-anak yang bermain PS ini membuat sipenunggu rental ketawa-tawa karena tingkah yang mereka lakukan. Dari menyalahkan stik getarnya, gonta-ganti game, dan yang lebih gemesnya teriakan-teriakan kebun binatang yang masih kerap terlontar dari anak-anak ini.

"Om, ini layarnya mati om..." teriak Zulkifli yang sedang memimpin pertandingan Winning Elevennya melawan Joko.

"Aman zul, nanti diulang dari awal lagi aja.." dengan nada enteng Joko menyaut keluhan Zulkifli ini atau yang sering dipanggi kipli oleh om-om disekitar kompleknya.

Sewaktu layar sudah menyala kembali.

"Kipli pulang belum mandi kamu, ayo buruan..." Ibunda Zulkifli berteriak dari pagar rumah Helmot, yang menandakan harus berakhirnya pertandingan tersebut.

Hai pembaca, kamu pernah mengalami Playstation One? Penulis mengalaminya sejak kemunculan console tersebut, nintendi semakin tertinggal jauh. Graphic yang ditampilkan kala itu sudah terlihat modern dan memanjakan mata dibanding nintendo. Dan game-game console yang lainnya. Sayang penulis sendiri tidak bisa bermain Playstation. Hehe...

Terimakasih sudah mampir dan membaca artikel fiksi ini. Selamat sore.

Posting Komentar untuk "Rental Playstation dijadikan mabes, alih-alih main gratis"