Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prriiiittt... Arteria Dahlan ini cocoknya jadi tukang parkir trotoar

Mulai ramai dilini masa cuplikan acara Mata Najwa, debat antara Arteria Dahlan dengan Emil Salim. Kalau melihat substansi masalah mungkin akan terbelah antara pihak yang setuju dan membela Arteria atau pihak yang setuju dengan Emil. Mungkin juga akan ada komentar yang menyarankan untuk melihat video secara keseluruhan, jangan dipotong pas debatnya saja. Akan tetapi bukan itu intinya. Intinya adalah adab dalam berdebat yang tidak ada dalam diri Arteria dahlan anggota DPR yang terhormat.

Arteria Dahlan cocoknya jadi tukang parkir


Sebagai anggota DPR seharusnya Arteria Dahlan bisa mempertontonkan debat yang berkualitas, yang penuh isi dan mencerahkan bagi siapapun yang menyaksikan. Apalagi debat tersebut ditayangkan di TV nasional dalam acara yang lumayan terkenal pula. Tentu saja akan menjadi hal yang lumrah apapun yang menjadi output dalam acara tersebut akan menjadi perbincangan. Akan jadi hal yang sangat bermanfaat apabila isu yang dibicarakan dalam debat tersebut merupakan hal yang menyentuh akar permasalahan di masyarakat. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Bukan isi ataupun output dari debat yang akhirnya diperbincangkan, namun lebih ke adab dan sopan santun dalam berdebat dari sang anggota DPR yang terhormat ini yang menjadi santapan publik.

Pun dalam kesempatan lain yaitu ketika rapat dengan menteri Agama pun sebenarnya sudah dipertontonkan hal ini. Sempat terdengar umpatan keluar dari mulut anggota dewan yang terhormat ini. Kesempatan lain ketika berinteraksi dengan KPK juga sempat ada ketersinggungan dari yang bersangkutan ketika komisioner KPK lupa menyebut yang beliau dengan kalimat "anggota dewan yang terhormat". Sehingga mungkin bisa disimpulkan memang begitulah cara dan adab sang anggota dewan dalam berbicara dengan orang lain. Mungkin sudah menjadi watak dan ciri khas. Mungkin juga malah hal itu yang menjadikannya anggota dewan.

Disisi lain memang dalam berdebat dan beradu argumen diperlukan ketegasan dan dominasi. Agar pesan dan maksud dari pelaku debat bisa diterima oleh lawan bicara. Akan tetapi tegas dan dominan berbeda dengan kasar dan mau menang sendiri. Dalam debat ada peran moderator yang berfungsi untuk mengatur giliran agar perdebatan berlangsung menarik dan teratur. Pelaku debat harus mengikuti aturan dari moderator. Pun ketika lawan bicara sedang menyampaikan ide dan gagasannya, anggota debat yang lain harus diam dan mendengarkan. Ketika ada ketidak setujuan harus disampaikan dengan sopan dan sesuai ijin dari moderator. Biasanya akan ada sesi menjawab lawan debat sehingga debat bisa berlangsung dengan lancar dan penonton bisa menyimak dengan jelas apa maksud dari para pelaku debat.

Hal diatas adalah beberapa poin tata cara debat yang baik. Dengan maksud agar poin yang dibicarakan bisa ditangkap oleh penonton debat tersebut. Akan tetapi jika hanya dominasi dan menang kalah yang jadi patokan maka akan timbul saling interupsi dan saling mengganggu ketika lawan bicara sedang menyampaikan gagasan. Jika hal ini yang terjadi, maka sebenarnya ide dan gagasan dari perdebatan ini tidak akan bisa ditangkap dengan baik oleh penonton. Seperti yang terjadi dalam acara Mata Najwa diatas. Penonton akhirnya hanya bisa menyimpulkan seorang anggota dewan yang mau menang sendiri dalam berbicara.

Melihat kejadian malam tadi, serasa gambaran yang ada di dunia maya benar-benar terexpresikan di acara Mata Najwa itu. Arteria Dahlan adalah gambaran netijen yang tidak pernah salah dan selalu benar. Sehingga lawan bicaranya harus mengatur ritme agar tidak lekas terbawa suasana keyboard warior ini. 

Posting Komentar untuk "Prriiiittt... Arteria Dahlan ini cocoknya jadi tukang parkir trotoar"